01 September 2008

IRIDOLOGI, SUATU PENDEKATAN DIAGNOSTIK YANG MASIH KONTROVERSIAL

Saya teringat beberapa minggu yang lalu, diundang datang oleh seorang prakstisioner untuk memperkenalkan suatu pendekatan diagnostik terhadap suatu penyakit selain medis. Praktisioner tersebut mengklaim bahwa dia dapat mendeteksi suatu penyakit/gangguan badan melalui selaput pelangi mata (iris). "Mata merupakan jendela kesehatan bagi tubuh kita,"ungkapnya.Bahkan dalam memeriksa seorang pasien, tidak selalu memerlukan pertanyaan-pertanyaan tentang penyakit yang sedang diidap si pasien (anamnese tidak dibutuhkan), karena iris mata sudah 'berbicara' padanya.
Sayapun merasa terheran-heran, apakah begitu mudah untuk mendiagnosa suatu penyakit hanya dengan melihat iris mata dan keterampilan ini bisa didapatkan dengan kursus selama tiga hari, sedangkan saya harus menjalani kuliah kedokteran bertahun-tahun bahkan sampai sekarang, untuk bisa mendiagnosa suatu penyakit.Lantas sayapun mencari berbagai literatur ilmiah tentang iridologi untuk membuktikan benarkah iridologi ini bisa dipertanggungjawabkan ? Mari kita simak ulasan berikut.

Sejarah

Iridologi mulai diperkenalkan oleh Ignaz von Peczely (Hungarian phsysician).Dia mendapatkan ide bahwa iridologi bisa menjadi alat diagnostik (diagnostik tool) setelah melihat adanya gambaran khas iris pada seorang pasien yang mengalami patah tulang kakinyasepert gambaran yang sama dilihatnya pada iris burung hantu yang dipatah kakinya pada beberapa tahun lalu.Iridologi semakin dikenal baik di Amerika sejak tahun 1950 melalui Bernard Jensen (an American chiropractor) yang mengembangkan iridologi dengan metode sendiri.

Iridologi

Iridologi, yang juga dikenal sebagai iridodiagnosis adalah suatu metode pendekatan kesehatan alternatif yang meyakini bahwa corak, warna dan tanda-tanda lain dari iris mata dapat menggambarkan status kesehatan seseorang secara menyeluruh. Dimana seorang praktisioner iridologi mencocokkan kelainan yang ada ke dalam peta iridologi (iris chart).Peta ini membagi-bagi iris, berdasarkan organ-organ tubuh. Iridologis bisa mengetahui bahwa sistem ataupun organ tubuh kita apakah berada dalam kondisi overaktif, meradang ataupun stress. Berdasarkan data-datanya ini, bahkan mereka mampu untuk melihat penyakit yang sedang terjadi, sudah terjadi bahkan akan terjadi.

Metode

Untuk mendiagnosa penyakit, iridologis dapat menggunakan alat-alat sederhana seperti senter dan kamera digital untuk memfoto iris mata kiri dan kanan. Hasil foto dilihat secara detail dengan bantuan komputer ataupun layar televisi.Dilihat apakah ada bintik hitam yang spesifik ataupun corak tidak teratur (irregular stromal architecture) pada iris mata dan membandingkannya dengan iris chart. Menurut pakar iridologis, Dr. Bernard Jensen, "Syaraf pada iris merespon perubahan yang terjadi pada tubuh." Perubahan yang terjadi di dalam tubuh, ditranlasikan dengan perubahan corak pada iris.

Kritik

Pendekatan ini menuai beragam kritik terutama dari kalangan kesehatan. Kalangan medical science menolak mentah-mentah, dan melabelnya sebagai pseudoscience (sains yang palsu). Berbagai penelitian dilakukan untuk membuktikan kebenarannya tetapi data klinis yang ada menunjukkan tidak ada korelasi antara tubuh yang sakit dengan perubahan pada corak iris. Ada lebih kurang 77 laporan baik berupa artikel, komentar maupun metode yang membahas hal ini. Sebagian besar laporan menunjukkan bahwa iridologi bukanlah suatu metode diagnostik yang valid. Di dalam Journal of the American Medical Association (1979, vol.242, 1385-1387) dilaporkan 3 iridologis gagal melakukan identifikasi untuk terhadap kumpulan 143 orang sehat dan sakit melalui corakan irisnya. "Bahkan mereka mendiagnosa sehat orang yang benar-benar menderita sakit dan merekapun saling berbeda pendapat antara satu dengan lainnya." Hal ini menunjukkan iridiologis tersebut lebih mengandalkan intuisi mereka dibandingkan kondisi yang sebenarnya.Salah diagnostik bukan merupakan hal yang main-main, apalagi orang yang didiagnosa tersebut secara medis berdasarkan data-data empiris, misalnya menderita kanker dan harus segera dilakukan tindakan. Bisa-bisa pasien tersebut "disehatkan" oleh iridologi, namun tidak sehat pada kenyataannya.Lagi pula secara anatomi iris seseorang tidak akan pernah berubah (fixed) dari waktu ke waktu sehingga bisa dijadikan alat deteksi personal (personal identification) selain sidik jari.

Kesimpulan

Iridologi saat ini belum bisa untuk dijadikan metode menegakkan diagnostik perlu penelitian ilmiah lebih lanjut untuk membuktikan kebenarannya. Dan saya menilai keberhasilan terapi iridologis terhadap seorang pasien lebih mengarah kepada placebo (keyakinan pasien merasa sembuh) ataupun penyakitnya hilang sendiri karena daya tubuh pasien yang meningkat karena mengkonsumsi suplemen kesehatan yang ditawarkan oleh praktisi. (BI)

1 comment:

julia said...

postingan yang informatif pak dokter